PASURUAN (RADARPASURUAN.ID) – Kehadiran guru di dalam kelas hendaknya total jiwa raga agar berdampak maksimal bagi siswa, serta bernilai ibadah bagi guru. Setidaknya ada tiga kehadiran yang harus dipertunjukkan, dan itu sekaligus menjadi indikator kesuksesan seorang guru.
“Pertama, kehadirannya diharapkan. Kedua, kehadirannya menyenangkan. Ketiga, kehadirannya membawa manfaat,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Kab. Pasuruan, H. Hasbullah. S.Pd, M.Pd, saat memberi pengarahan dalam workshop Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) bagi guru sekolah dasar negeri dan swasta Kecamatan Pandaan.
Acara yang berlangsung di aula SD Maarif Jogosari Pandaan pada Senin sampai Rabu (10-12/7) itu diikuti 60 guru kelas II dan 60 guru kelas V. Kadisdikbud Hasbullah kemudian mencontohkan, apabila ada seorang guru tidak masuk sehari saja, siswanya sudah bertanya: “Bapak kemarin tidak masuk, kemana?”. Ketika dijawab Pak Guru sakit, siswa spontan menjawab, “jangan sakit-sakit Pak, saya doakan sehat terus.” Ini pertanda nyata bahwa siswa benar-benar mengharapkan kehadiran guru yang bersangkutan.
Sikap berbeda akan ditunjukkan oleh siswa kepada sosok guru yang galak dan tidak pernah membikin suasana menyenangkan di kelas. “Begitu dia masuk pintu gerbang sekolah, siswa sudah saling berbisik dengan temannya: Hey Rek…lihat macannya datang lagi…”, katanya disambut dengan tawa oleh peserta workshop.
Dengan demikian guru hendaknya menjadi figur yang diharap kehadirannya karena memang menyenangkan saat proses belajar dan mengajar berlangsung. Pelajarannya yang disampaikan juga benar-benar bermanfaat bagi siswanya. Itu intinya.
Kadisdik yang satu ini memang agak beda dengan pejabat lain yang lazimnya bergaya formal, Hasbullah tergolong seorang public speaker yang menarik. Topik IKM disampaikan secara substantif disertai contoh-contoh praktis trik mengajar agar siswa dapat tersedot perhatiannya, tanpa harus dipaksa-paksa dengan perintah “ayo perhatian, jangan ramai sendiri.” Maklum, pejabat ini dulu memang pernah menjadi guru di sebuah SMP.
Menurutnya, wajar kurikulum berubah untuk mengikuti perkembangan zaman. Tetapi apapun kurikulumnya yang terpenting adalah faktor kehadiran guru, termasuk di dalamnya adalah mindset yang ada dalam pikirannya.
Jadi, meskipun kurikulum diganti sekian kali, kalau mindset guru dan cara mengajarnya tidak berubah ya bakal sia-sia. “Kalau mengajarnya pancet: anak-anak buka halaman 20, kerjakan soal di situ, waktunya 30 menit, lalu gurunya main hape, ya percuma,” katanya. (RJ/RED)